Mengapa kita harus membaca Al-Quran walaupun kita tidak mengerti…
Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucu nya bertanya, ” Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur’An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupak an secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Qur’An? Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di dasar keranjang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, ” Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.”Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Kakek berkata, ” Lihatlah keranjangnya.” Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. ” Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur’An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.” |
maksudnya ‘belum mengerti’ kali ya mbak….
mengucapkan mohon maaf lahir dan batin.
Asmara said this on Oktober 6, 2008 pada 6:28 am |
ya ya ya….
sama-sama mohon maaf lahir dan batin juga ya….
nirwasita said this on Oktober 6, 2008 pada 6:43 am |
hmm.. jadi merenung…
nungqee said this on Oktober 14, 2008 pada 3:25 am |
sepertinya kita memang harus merenung setiap hari ya:D tapi kok ya ndilalah hal2 yang seperti ini sering terlupakan. seperti barusan baca sms: “Banyak orang membuat persiapan untuk dewasanya, masa tuanya. Jarang sekali yang membuat persiapan dimasa setelah matinya.”
nirwasita said this on Oktober 14, 2008 pada 4:02 am |